BERANI

Sang Proklamator kita "Ir. Soekarno" pernah bertutur bahwa sukses itu bukan masalah ke-pintar-an, tapi Ke-BERANI-an.

Kalimat pendek tsb di atas masih jelas terngiang ketika pertama kali di ucapkan oleh  seorang anggota Paskibraka di TVRI sekitar tahun 80-an.

Lo kok BERANI yg di utamakan, dan bukan pintarnya ?, percuma dong kepintarakan kita. Ya nggak lah, saya pikir tidak se sempit itu dalam menterjemahkan sebuah pesan yg. Tertuang dalam sebuah kalimat filosofis yg indah.

Kepintaran akan jadi mubadzir ketika kita tidak memiliki ke-Beranian yg cukup untuk :

1. Ber-imajinasi,
2. Ber-Mimpi,
3. Membuat satu kerangka berpikir,
4. Mengungkapkan atau mengemukakan sebuah konsep,
5. Membuat sebuah tindakan nyata, 
6. .......
7. ....... Silahkan isi sendiri, krn saya yakin kita semua pasti punya sebuah mimpi, konsep dan gagasan yg bisa di aplikasikan dalam kehidupan nyata, ... Yakin ;)


Seringkali saya menemui rekan/sahabat atau saudara yg pintar secara akademis namun kehidupannya diselimuti beragam kegagalan seperti gagal menjalin komunikasi, gagal dalam kehidupan sosial dll. Tentu kita masih ingat insiden penembakan yg menewaskan 27 orang baru baru ini di negeri nun jauh disana. Konon si penembak tergolong orang yg cerdas namun gagal dalam kehidupan sosial (pendiam dan tertutup) atau orang yg dikenal dg kurang baik dari sisi EQ.

Coba kita tengok siapa saja teman sekolah kita jaman SMA yg pintar dan yg "maaf"  badung, lalu kita hitung berapa prosentase tingkat kesuksesan anak yg pintar VS yg badung hehehe. Ini bukan berarti saya menyarankan agar kita badung lo hehehe

Menurut seorang Coach, Esensi dari keyakinan tidak diawali dari seorang yg bersuara lantang, punya jabatan tinggi atau uang berlimpah. Namun keyakinan diri bermula dari kebeningan pikiran dan kejernihan hati dalam memilih hal hal yg diyakini.

INGAT !!!
Tak ada sau manusiapun di dunia ini yg tahu segalanya. Dan seringkali kita melupakan bahwa bisa jadi kita tahu sedikit lebih banyak dari yg kita duga. Punya kjeyakinan diri artinya menghargai pilihan-pilihan yg kita buat sendiri.

Jadi, kenapa harus malu ?, kenapa harus ragu ?, kenapa harus takut ?

Tahun 2008, ketika  pertama kali belajar menulis, saya diliputi rasa takut ditertawakan dg kualitas tulisan saya dan saya kesulitan sekali utk mulai melakukan penulisan. Mau mulai saja terasa berat dan kaku jemari,

Tahun 1999, ketika pertama kali belajar public speaking, saya dikelilingi rasa cemas, malu dan gemetaran ketika bicara di depan 1 atau paling banyak 10 orang. Dan apa yg akan saya bicarakan hrs ditulis terlebih dahulu

Sekarang ...
Kalo sudah bicara hrs ada yg warning agar saya stop bicara. Kalo nggak, bicara saya bisa tanpa titik lo hehehehe. Dan bahkan saya jadi susah bicara kalo saya bicara berdasarkan sesuatu yg sudah saya tulis dalam sebuah coretan ;)

Dan bahkan bicara didepan 500-1.000 orang sudah jadi kebiasaan yg membuat saya semakin nyaman dan ketagihan.

Inilah yg membuat saya semakin percaya diri, bahwa siapa diri kita sebenarnya tidaklah begitu penting jika dibandingkan dg keberanian yg kita miliki.

Jadilah berani dan ekspresikanlah diri kita secara total. Karena ketidakyakinan diri hanya akan berakibat pada kekhawatiran, ketakutan dan keengganan dalam bertindak. Dalam bahasa lain, seolah berdiam diri tidak beresiko apapun.

Lebih baik ditertawakan, di cemooh dan dipermalukan krn tindakan kita daripada kita hanya berdiam diri jadi penonton.

Idealnya sih Pintar dan Berani ;), tapi terkadang ideal itu barang langka. Nah daripada kita hanya bermimpi jadi orang ideal, kan lebih baik mensyukuri apapun yg kita miliki saat ini ;)

Orang lain bilang, lebih baik bagaimana nanti daripada nanti bagaimana ya :D

So ... Jadilah berani, maka kita akan terlihat seperti orang pintar hehehe

Salam Confidence

"dikutip dari pengalaman seorang teman"

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Anugrah Krisna Aji @ jokojowo.blogspot